Selamat datang di Kawasan Penyair Nusantara Nusa Tenggara Barat. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Minggu, 02 Januari 2011

Fatih kudus jaelani



lahir 31 agustus 1989. aktif menulis di komunitas rumah sungai lombok timur NTB. bersama kawan-kawan sedarah sastra berniat menjadikan lombok timur sebagai kantong sastra NTB ke depan. beberapa karyanya di muat di beberapa media lokal. dan diterbitkan dalam buku antologi puisi bersama "Lampu Sudah Padam" (KRS,2010). sekarang sebagai redaktur buletin embun komunitas rumah sungai. Kini bermukim di selong Lombok Timur, NTB. HP : 081917117000 Email : lamunanbatu@gmail.com

TEMPAT

Di manapun, selalu hanya waktu yang menguraimu
Karena engkau adalah muara kenangan
Kapanpun, Selalu saja engkau mempunyai nama
Entah dari indah atau kau terasing dari yang sudi menjamahmu

Aku mencarimu
Yang elok diciptakannya bentuk tubuhmu
Yang engkau diciptakan untuk suatu arti pembalasan penciptamu
Dan yang aku ingin berada di antara engkau,
dan saudaramu yang mengandung berbagai macam bentuk api
Walau benarkah engkau benar-benar ada nantinya
Aku tak peduli
: surga

Banjar Kemuning, 2010


Sepatu Lusuh

Walau hujan dicuri sekian rindu
Jejak langit yang mendung begitu akan enggan mempertemukan kita
Kau meludahi kembali sepatu lusuh itu
Mengenang perjalanan yang kau sesali beberapa Minggu

Sesekali kau mencari cermin
sebuah kamera di kantong baju lusuhmu
hilang dengan seolah dendam
selalu akan dikenang

Sepatu tua itu akan mengkilat
Hanya dengan kita bisa bertemu.

Banjar Kemuning, 2010


BERTEDUH

: Rona Rushofah

Dedaunan kerap kali menyisakan hujan perjalanan
Membuat langkahku tak berhenti
Di manapun pepohonan merayu
Untuk berteduh,
Dan kita terpisah begitu lama.

Banjar Kemuning, 2010


BERTEDUH 2

: Rona Rushofah

Aku menyukai tetesan hujan
Seperti memandang kedua bola matamu tersenyum
: mengingatku
Dan aku membenci sore ini
Seperti kau yang tak bisa hadir
menunggunya reda.

Banjar Kemuning, 2010


BERTEDUH 3

: Rona Rushofah

Kubiarkan sisa-sisa hujan menggenangi halaman rumahku
Sembari memikirkan betapa hilangnya dingin tubuh
Jika kau tak secepat itu membuat patung yang terluka
Berwajah sendu
Melihat sisa-sisa hujan dibeku waktu.

Banjar Kemuning, 2010


SETELAH KEPULANGAN INI

Setelah kepulangan ini
Aku akan belajar untuk melupakan pertigaan di hatimu
Jalan yang sempit dan sulit dimengerti.
berduri-duri
Bergerumuh
memekak bagian dari alat penangkap suara di sebuah hati.

dan setelah kepulangan ini
aku akan melanjutkan semedi sunyi
sebagai pembunuhan berantai
untuk si bodoh di antara kebingungannya saat ini.

Selong, 2010